Pengaruh Program TV terhadap Budaya Populer – Televisi telah menjadi media massa yang paling berpengaruh dalam sejarah modern. Sejak era 90-an hingga kini, program TV tidak hanya menyuguhkan hiburan, tetapi juga membentuk persepsi masyarakat, memperkenalkan tren baru, bahkan menciptakan ikon budaya populer.
Dari sinetron hingga talkshow, dari komedi situasi hingga reality show, pengaruh program TV terhadap budaya populer sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan membahas bagaimana program TV membentuk kebiasaan, gaya hidup, bahasa, dan identitas masyarakat Indonesia.
Pengaruh Program TV terhadap Budaya Populer

1. Televisi sebagai Cermin dan Pembentuk Budaya
Program TV berperan ganda: sebagai refleksi budaya yang ada sekaligus alat pembentuk budaya baru. Ketika program menampilkan gaya hidup urban, keluarga modern, atau kehidupan selebriti, penonton perlahan menjadikan itu sebagai bagian dari harapan dan norma sosial.
Contoh nyata:
-
Tayangan keluarga harmonis menjadi standar ideal dalam keluarga modern.
-
Acara infotainment membentuk persepsi tentang kemewahan sebagai kesuksesan.
Dengan daya jangkau luas, TV menjadi “guru budaya” yang paling efektif, bahkan tanpa disadari.
2. Tren Gaya Hidup yang Berasal dari Tayangan Populer
Tak bisa dipungkiri, banyak tren gaya hidup yang lahir dari tayangan TV. Mulai dari cara berpakaian, gaya rambut, hingga tren kuliner dan liburan.
Contoh tren yang dipopulerkan TV:
-
Gaya berbusana ala tokoh sinetron seperti dalam Ada Apa Dengan Cinta atau Ikatan Cinta.
-
Demam Korea dan gaya K-Style yang diperkenalkan lewat drama Korea di televisi nasional.
-
Munculnya tren gaya hidup sehat setelah tayangan seperti Dokter Oz Indonesia atau Hitam Putih membahasnya secara rutin.
TV punya kekuatan membentuk konsumsi publik melalui visualisasi yang menarik dan pengulangan intensif.
3. Bahasa Gaul dan Ungkapan Populer dari Acara TV
Program TV juga melahirkan berbagai istilah dan kata gaul yang akhirnya digunakan secara luas, khususnya oleh kalangan muda.
Contohnya:
-
“Aduh mak, sakitnya tuh di sini!” – dari sinetron dan parodi.
-
“Uyeeee!” atau “Aja gitu loh!” – dari komedian di acara komedi.
-
“Masya Allah Tabarakallah” – sering diucapkan tokoh dalam sinetron religi, kini umum di media sosial.
Bahasa yang catchy dan mudah ditiru menjadikan tayangan TV sebagai sumber utama penciptaan bahasa pop.
4. Sosok Ikonis yang Menjadi Simbol Budaya Populer
Tokoh-tokoh dari program TV kerap menjadi ikon budaya yang dikenang hingga bertahun-tahun.
Beberapa contoh:
-
Si Doel dari Si Doel Anak Sekolahan sebagai representasi pemuda Betawi terpelajar.
-
Mak Lampir dari Misteri Gunung Merapi yang jadi tokoh horor legendaris.
-
Karakter komedi seperti Sule, Tukul Arwana, dan Olga Syahputra yang mengubah gaya bercanda masyarakat.
Karakter-karakter ini bukan hanya menghibur, tapi juga menjadi referensi identitas budaya dalam perbincangan publik.
5. Realitas yang Dikontruksi: Antara Fakta dan Fiksi
Salah satu pengaruh terbesar TV adalah dalam menciptakan realitas yang dikonstruksi—di mana penonton menganggap apa yang ditonton sebagai representasi kehidupan nyata, meski sebenarnya fiktif.
Contoh:
-
Drama keluarga yang penuh konflik dijadikan acuan bahwa kehidupan rumah tangga harus dramatis.
-
Tayangan reality show dipersepsikan sebagai kehidupan asli artis atau peserta, padahal sudah diproduksi dengan naskah tersembunyi.
Hal ini bisa membentuk ekspektasi sosial yang tidak realistis, terutama bagi remaja.
6. TV dan Budaya Fanatisme Pop
Program TV juga mendorong terbentuknya budaya fanatik terhadap tokoh atau program tertentu, terutama saat era boyband, girlband, dan ajang pencarian bakat merebak.
Contoh fenomena:
-
Fanbase besar alumni ajang seperti Indonesian Idol, The Voice, dan D’Academy.
-
Tayangan drama Korea yang membentuk basis penggemar K-Pop.
-
Serial TV barat seperti Glee atau Stranger Things menciptakan komunitas fans internasional yang aktif berdiskusi, cosplay, dan membuat fan-art.
Fanatisme ini kemudian membentuk budaya populer digital yang bertahan lama dan melahirkan tren baru.
7. Peran Iklan dan Sponsorship dalam Pembentukan Budaya Konsumsi
Tayangan TV tak lepas dari iklan. Program dan produk saling terhubung untuk menyisipkan gaya hidup melalui promosi.
Contoh:
-
Minuman sehat yang muncul di talkshow kemudian jadi tren.
-
Drama remaja yang disisipi merek sepatu atau HP terbaru membuat produk itu laku keras.
-
Tayangan kuliner yang mempopulerkan makanan khas atau gaya makan tertentu.
Kekuatan pengaruh TV bukan hanya pada ceritanya, tapi juga pada produk yang ditampilkan secara konsisten.
8. TV sebagai Penggerak Narasi Sosial
Program-program dokumenter, investigasi, atau edukatif seperti Mata Najwa, Kick Andy, dan Indonesia Lawyers Club turut membentuk kesadaran publik tentang isu sosial dan politik.
Dampaknya:
-
Penonton lebih peduli pada masalah lingkungan, hukum, dan hak asasi.
-
Tayangan ini menjadi pemantik diskusi publik di media sosial dan ruang nyata.
-
Masyarakat belajar berpikir kritis terhadap isu-isu nasional.
TV punya kekuatan membentuk opini, bahkan mempengaruhi keputusan politik.
Kesimpulan
Pengaruh program TV terhadap budaya populer sangat besar dan terus berkembang. Tayangan yang disuguhkan layar kaca tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menciptakan kebiasaan, bahasa, gaya hidup, hingga pola pikir masyarakat.
Dengan kemajuan teknologi dan media digital, pengaruh TV kini bersinergi dengan internet dan media sosial, menciptakan ekosistem budaya populer yang dinamis dan viral. Oleh karena itu, penting bagi produsen konten untuk sadar akan dampaknya, dan bagi penonton untuk lebih kritis serta selektif dalam menikmati tayangan.
TV bukan sekadar tontonan—ia adalah cermin dan pembentuk zaman.